top of page

Upaya Mencegah Kebakaran Lahan dengan Automatic Water Level Recorder di Kalimantan

Updated: Nov 21, 2022

Mertani.co.id - Jika membuka kembali data-data kebakaran yang pernah terjadi di Indonesia, berdasarkan data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (2015) hampir seluruh provinsi di Indonesia pernah mengalami kebakaran hutan maupun lahan. Perkebunan kelapa sawit umumnya menjadi lahan yang paling sering terjadi kebakaran hutan yang relatif luas, seperti Sumatera Selatan, Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

Kebakaran yang terjadi selama berulang kali tentunya dapat memberikan kerugian yang cukup besar, baik bagi petani maupun perekonomian negara. Selain itu, kebakaran hutan juga memberikan dampak lain yang cukup besar. Seperti pada tahun 2015, terjadi kebakaran hutan yang cukup parah di pulau Sumatera. Beberapa dampak tersebut di antaranya timbulnya kabut asap, matinya pepohonan, matinya binatang, binatang tidak memiliki tempat tinggal, terganggunya keseimbangan alam, banjir, kurangnya cadangan air di bumi, polusi udara, menimbulkan banyak penyakit, juga terjadinya erosi tanah.


 AWLR_Mertani
Ilustrasi AWLR_Mertani

Kebakaran hutan dapat dipicu oleh beberapa hal. Di antaranya yaitu petir, letusan vulkanik, rokok, kemarau, pembukaan lahan baru, perburuan liar, dan masih banyak lagi. Petir menjadi salah satu dari beberapa penyebab terjadinya kebakaran yang sering dialami. Seperti yang menimpa California pada Agustus 2020. Dua belas ribu sambaran petir menyambar selama tiga hari berturut-turut hingga menyebabkan kebakaran hebat dan tercatat sebagai kebakaran terbesar di California.

Para petani yang mulai resah akan dampak dari kebakaran hutan tersebut pun mulai mencari solusi untuk mencegah terjadinya gagal panen. Hingga akhirnya mereka menemukan sebuah produk solusi IoT yang dikenal dengan nama AWLR (Automatic Water Level Recorder).


Ilustrasi AWLR - Mertani
Ilustrasi AWLR - Mertani

Automatic Water Level Recorder (AWLR) dapat membantu para petani dalam melakukan pemantauan tinggi muka air. Baik tinggi muka air dalam tanah maupun tinggi muka air saluran. Bagi anda stakeholder perkebunan yang memelihara lahan gambut, pemantauan tinggi muka air tanah secara otomatis akan mempermudah anda dalam melakukan pelaporan kepada pihak pemerintah, mengurangi emisi karbon, hingga mencegah terjadinya kebakaran lahan.

Sebagai perusahaan yang bergerak dalam penyediaan solusi IoT, Mertani selalu menjadi solusi terbaik untuk berbagai kebutuhan dalam perusahaan perkebunan atau pertanian. Ratusan produk telah kami kirimkan hingga ke berbagai daerah di Indonesia.

Pagi hari setelah melakukan briefing, tim Mertani segera melakukan persiapan untuk berangkat ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Perjalanan tim Mertani kali ini bertujuan untuk memasang beberapa produk Mertani yaitu AWLR (Automatic Water Level Recorder). Pada tanggal 9 Agustus, tepatnya pukul empat pagi, tim Mertani menuju ke Semarang untuk bertemu dengan tim PT BGA (Bumitama Gunajaya Agro) Group. Pada pukul setengah tiga sore, tim Mertani ditemani tim PT BGA berangkat menuju Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Mereka tiba pada malam hari dan segera mencari tempat penginapan di sekitar Pangkalan Bun.

Pagi hari, pada pukul sepuluh pagi, tim Mertani dan tim dari PT BGA pergi ke kebun kelapa sawit untuk melakukan pemasangan AWLR dengan menggunakan paralon yang dimasukan ke dalam tanah. Setelah melakukan monitoring dan data sudah muncul pada dashboard, tim Mertani memastikan bahwa bagian paralon pada AWLR benar-benar kuat. Masih pada hari yang sama, mereka beralih ke kebun lainnya dan bermalam di mesh.



Automatic Water Level Recorder-Mertani
Ilustrasi AWLR yang berlokasi di Kalimantan Tengah

Tanggal 11 Agustus, pada pukul delapan pagi, mereka menuju ke kebun untuk kembali melakukan pemasangan alat. Di kebun kedua ini, tim Mertani mengungkap bahwa pelaksanaannya cukup singkat. Sinyal yang kuat membuat data dengan mudah masuk ke dashboard. Setelahnya, mereka kembali ke mesh untuk bersiap berangkat menuju Ketapang, Kalimantan Barat. Perjalanan dimulai pada pukul sembilan dengan memakan waktu kurang lebih tujuh jam.

Keesokan harinya, setelah sarapan bersama, mereka segera pergi ke kebun untuk kembali memasang AWLR. Pemasangan alat tersebut dilakukan pada dua titik. Untuk titik pertama, rupanya sinyal cukup rendah, sehingga mereka harus berpindah ke titik kedua. Beruntung, pemasangan lancar meskipun sinyal tidak terlalu kuat. Akan tetapi, jauh lebih baik dibandingkan titik sebelumnya. Sayangnya, setelah diteliti ulang, rupanya tim mengalami sedikit kendala. Kendala tersebut adalah antena GSM yang terlalu pendek, sehingga antena tidak dapat masuk ke dalam AWL. Mau tidak mau, tim akhirnya membongkar alat tersebut. Mereka melepas ring, lalu memasang baut dan antenanya kembali, sehingga alat pun bisa digunakan. Seperti sebelumnya, setelah pemasangan alat tim selalu memastikan bahwa sinyal cukup kuat dan data sudah masuk ke dashboard. Di sini, sinyal terbilang sedikit rendah, tetapi untungnya data dapat terbaca.

Selanjutnya, pemasangan dilakukan pada kebun di titik ketiga. Di mana alat tersebut dipasang di dekat rawa.


Automatic Water Level-Mertani
Ilustrasi AWLR yang berlokasi di Kalimantan Barat

Seperti sebelumnya, tim selalu memastikan bahwa sinyal kuat sehingga data dapat masuk ke dashboard. Dirasa paralon tempat meletakkan AWLR kurang kencang, tim pun mengelem paralon tersebut.

Usai memasang AWLR, tim kembali ke penginapan. Sukses memasang beberapa alat di empat tempat, malam harinya mereka mengadakan makan bersama.

Pagi harinya, pada hari Sabtu tepatnya pada pukul delapan, tim Mertani berangkat ke bandara untuk membeli tiket. Tim Mertani berpisah dengan tim BGA di Pontianak, dengan tujuan masing-masing yaitu tim Mertani ke Yogyakarta dan tim PT BGA ke Jakarta.


Itu tadi merupakan sedikit cerita tentang perjalanan tim Mertani ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat untuk melakukan pemasangan AWLR. Untuk lebih lengkapnya, dapat kalian temukan di akun sosial media kami, yaitu:


Sumber:



80 views0 comments
WhatsApp
bottom of page