Sumber daya air merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia. Air digunakan untuk berbagai keperluan, mulai dari kebutuhan sehari-hari, pertanian, industri, hingga pembangkit listrik. Namun, ketersediaan sumber daya air di Indonesia tidak merata. Ada beberapa daerah yang memiliki sumber daya air yang melimpah, sementara ada juga daerah yang mengalami kekeringan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan pemasangan Alat Pemantau Tinggi Muka Air (APTMA). APTMA merupakan alat yang berfungsi untuk mengendalikan tata muka air di suatu wilayah. APTMA dapat digunakan untuk mengatur aliran air, mencegah terjadinya banjir, dan meningkatkan ketersediaan air untuk keperluan irigasi.
Dalam pemberian kebutuhan air pada tanaman, kita perlu memerhatikan porsi air yang cukup untuk tanaman. Pemberian air pada tanaman tidak boleh kurang dan tidak boleh lebih. Kelebihan dan kekurangan porsi pada tanaman akan memberikan dampak buruk bagi pertumbuhan tanaman. Untuk itu, kita perlu memerhatikan jumlah air yang digunakan untuk mengairi lahan perkebunan. Manajemen air yang baik dan pengaturan irigasi yang tepat dapat membantu memastikan pertumbuhan dan produksi yang optimal bagi tanaman perkebunan. Selain itu, pengelolaan lingkungan di sekitar perkebunan juga berperan penting. Pengaturan tata air dan pelestarian sumber daya air di wilayah sekitar perkebunan dapat memastikan ketersediaan air yang cukup untuk semua kebutuhan, termasuk perkebunan.
Pada tanggal 14 Desember 2023, Tim Mertani melakukan pelatihan dan serah terima APTMA (Alat Pemantau Tinggi Muka Air), dengan pihak BRGM. Serah terima alat ini, dilakukan setelah selesai pemasangan keseluruhan APTMA di tiga provinsi. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari di The Highland Park Resort - Hotel Bogor. Lebih tepatnya, di Jl. Curug Nangka, Sinarwangi, Sukajadi, Kec. Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 16610.
Kegiatan serah terima Alat Pemantau Tinggi Muka Air ini, dilaksanakan guna mengesahkan dan menyetujui perihal device yang akan dan telah dipasang di berbagai lokasi, karena permintaan dari Pemerintah. Seperti yang sudah Mertani ceritakan, dalam perjalanan Mertani yang telah memasang 15 unit device APTMA di 3 Provinsi. Pemasangan device APTMA tersebut, dilakukan di lokasi lahan gambut yang memiliki potensi bencana, seperti kebanjiran dan kebakaran. Lahan gambut yang mendapatkan banyak pasokan dari air hujan, memiliki potensi banjir yang dapat mengakibatkan lahan menjadi rusak dan tanaman menjadi tidak dapat dipanen. Selain itu, lahan gambut yang kekurangan air karena cuaca panas dan tidak ada air hujan, akan menyebabkan kekeringan dan berpotensi kebakaran.
APTMA yang dipasang memiliki prosedur tersendiri seperti APTMA harus dipasang dengan jarak minimal 50 meter dari kanal, untuk mengantisipasi adanya bencana peluapan air. Pemasangan device APTMA untuk BRGM ini juga memiliki standar. Device APTMA yang dipasang harus memiliki spesifikasi kedalaman lahan gambut 3 meter atau lebih, untuk pemantauan dan mengantisipasi terjadinya kebanjiran dan kebakaran lahan gambut. Kegiatan pengesahan dan serah terima ini diikuti oleh 15 peserta BRGM secara offline, dan sebagian lagi secara online. Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari BRGM dari divisi teknis dan operasional. Kegiatan ini berjalan lancar dan meninggalkan kesan yang luar biasa bagi Mertani dan Tim BRGM juga. Ingin tahu lebih banyak tentang cerita kami bersama perusahaan lainnya? Anda dapat mengunjungi kami di:
Website: mertani.co.id Â
YouTube: mertani official Â
Instagram: @mertani_indonesiaÂ
Linkedin : PT MertaniÂ
Tiktok : mertaniofficial
Sumber:
Comentários