top of page

Pengaruh Faktor Hidrometeorologi Pada Eskalasi Kejadian Bencana Banjir

Bencana hidrometeorologi merupakan gabungan dari bencana meteorologi, bencana hidrologi, dan bencana klimatologi.
Sumber: Detik

Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang memiliki keterkaitan dengan fenomena hidrometeorologis. Hal ini memiliki potensi terhadap timbulnya gangguan pada kehidupan dan penghidupan manusia.


Pengertian Faktor Hidrometeorologi

Faktor hidrometeorologi mengacu pada beberapa unsur yang turut melibatkan beberapa parameter baik iklim maupun cuaca. Di antara beberapa parameter tersebut antara lain meliputi hujan, suhu udara, angin, dan berbagai parameter lainnya. Sedangkan fenomena hidrologi sebenarnya adalah bagian dari peristiwa alamiah yang terjadi sehari-hari di lingkungan sekitar kita.


Belakangan, faktor hidrometeorologi juga tak jarang dikaitkan dengan kejadian bencana. Hal ini sangat mungkin terjadi pada fenomena maupun peristiwa hidrometeorologi dalam tingkat ekstrim yang berpotensi membawa dampak terhadap eskalasi kejadian bencana. 


Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, sesuatu fenomena yang disebut bencana adalah jika peristiwa tersebut mengancam dan mengganggu kehidupan, penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan kerugian harta benda, dan dampak psikologis.


Bencana alam dikategorikan menjadi 4 tipe utama yaitu bencana geofisik (geophysical), bencana meteorologis (meteorological), bencana hidrologi (hydrological), dan bencana klimatologis (climatological). Sedangkan bencana hidrometeorologi merupakan gabungan dari 3 tipe utama bencana yaitu bencana meteorologi, bencana hidrologi, dan bencana klimatologi yang berpotensi mengakibatkan gangguan pada kehidupan dan penghidupan manusia.


Intervensi Faktor Alam Terhadap Potensi Kejadian Bencana 

Potensi terhadap kejadian bencana dapat disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari faktor hidrometeorologi hingga faktor geografis. Dalam hal ini, faktor geografis menempatkan Indonesia di dalam cincin api pasifik.


Menjadi negara yang terletak di dalam cincin api pasifik menempatkan Indonesia di antara pertemuan tiga lempeng tektonik besar yang meliputi Eurasia, Indo - Australia, dan Pasifik.

Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki banyak gunung berapi aktif. Bahkan dengan pertemuan ketiga lempeng tersebut, juga menjadi salah satu pemicu terhadap meningkatnya potensi terhadap aktivitas vulkanik dan seismik seperti kejadian gempa bumi.


Dalam rentang waktu tidak kurang dari 20 tahun terakhir, Indonesia telah mengalami beberapa kejadian bencana yang salah satunya adalah bencana hidrometeorologi. Kejadian bencana hidrometeorologi ini, mengalami kecenderungan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang sangat penting untuk diamati. Tentu saja, kecenderungan dan pola kejadian bencana hidrometeorologi yang meningkat semakin menguatkan landasan betapa pentingnya sistem peringatan dini.


Intervensi faktor alam terhadap potensi kejadian bencana menjadi alasan lain mengapa keberadaan sistem peringatan dini sangat diperlukan. Terlebih lagi dalam hal ini bencana hidrometeorologi yang merupakan gabungan dari bencana meteorologi, bencana hidrologi, dan bencana klimatologi membutuhkan pendekatan yang inovatif berbasis kajian dan penelitian lingkungan secara mendalam. 


Bencana hidrometeorologi yang terjadi di Indonesia dalam kurun waktu 2011 - 2020 turut mengalami peningkatan. Dalam hal ini, bencana hidrometeorologi yang terjadi meliputi banjir, kekeringan, tanah longsor, dan puting beliung menjadi angka kejadian bencana yang tinggi. Eskalasi kejadian bencana masih berpotensi terus berlangsung seiring dengan pengaruh yang diakibatkan oleh perubahan iklim global.


Bahkan fenomena meningkatnya suhu bumi secara global juga dinilai menjadi penyebab suhu permukaan air laut yang semakin hangat. Dengan hal ini, permukaan air laut yang semakin hangat berpotensi mempercepat siklus hidrologi. Kondisi ini dapat mendorong pembentukan awan semakin masif yang juga bisa berkontribusi terhadap terjadinya cuaca ekstrem.


Potensi terhadap eskalasi kejadian bencana yang dapat disebabkan oleh faktor hidrometeorologi salah satunya adalah bencana banjir. Cuaca ekstrem yang tidak hanya berpotensi mengakibatkan kemarau panjang namun juga dapat mengakibatkan hujan dengan intensitas tinggi memerlukan mitigasi yang baik untuk menekan potensi risiko terhadap kejadian bencana banjir.


Mitigasi Bencana Banjir 

Bencana hidrometeorologi yang terjadi di Indonesia sejak 1 Januari hingga 4 November 2025 didominasi dengan bencana banjir yang mencapai 1.340 kejadian. Secara keseluruhan, bencana hidrometeorologi bahkan mencapai angka 99% dan diikuti bencana geologi sebesar 1%.


Dengan catatan kejadian bencana di Indonesia ini, membawa beberapa dampak baik dari angka korban hingga kerugian. Setidaknya tidak kurang dari 377 korban meninggal dunia dan 33.984 rumah rusak. 


Dalam 16 tahun terakhir sejak tahun 2010, fenomena bencana hidrometeorologi di Indonesia selalu mendominasi dengan rata-rata persentase yang menyentuh 98,95%. Melalui statistik ini kesadaran terhadap mitigasi bencana sangat diperlukan. Baik dari segi pemangku kepentingan maupun masyarakat luas untuk meningkatkan kesiapsiagaan ketika dihadapkan pada fenomena yang dapat mengindikasikan potensi kejadian bencana.


Riset dan pengembangan pada bidang teknologi menyikapi kejadian bencana tersebut sebagai suatu tantangan lingkungan yang memerlukan pendekatan tepat. Untuk itu pula, aktivitas telemetri lingkungan secara berkelanjutan diperlukan untuk mengetahui  kondisi aktual di lapangan yang dapat dijadikan pertimbangan hingga rekomendasi yang tepat.


Flood early warning system atau sistem peringatan dini banjir yang mampu mendukung fungsi pemantauan secara otomatis pada tinggi muka air hingga intensitas curah hujan adalah inovasi yang lahir berkat pengembangan teknologi Internet of Things (IoT). 


Integrasi berbagai komponen pendukung dalam sistem peringatan dini banjir mulai dari sensor IoT, CCTV, sirine, hingga internet merupakan inovasi yang hadir atas kekhawatiran terhadap berbagai potensi risiko yang dapat ditimbulkan oleh suatu kejadian bencana. Keberadaan perangkat sistem peringatan dini banjir mampu mendorong proses evakuasi dini dengan efektif karena keakuratan data di lapangan yang dapat dimonitor secara real-time dari mana saja dan kapan saja. Peringatan melalui sirine hingga informasi pemberitahuan juga memperbesar potensi proses evakuasi dini dapat dilakukan untuk meminimalisir risiko korban.


Mertani telah dipercaya untuk memenuhi kebutuhan teknologi dalam berbagai industri dan institusi. Pengembangan produk berbasis Internet of Things (IoT) yang dimiliki oleh Mertani bermanfaat dalam melakukan pengamatan dan pemantauan cuaca, pemantauan curah hujan, pemantauan kualitas udara, pemantauan tinggi muka air, pemantauan kualitas air limbah, hingga sistem peringatan dini.


Dapatkan informasi terbaru mengenai teknologi, isu lingkungan terkini, dan perkembangan Internet of Things (IoT) dengan mengikuti aktivitas kami di:


Website: mertani.co.id 

Linkedin : PT Mertani


Sumber:


 
 
 

Comments


WhatsApp

Contact Us

Get special offers tailored to your needs!
  • YouTube
  • LinkedIn
  • Instagram
  • White Facebook Icon

Sleman, Yogyakarta 55286​

(0274) 2888 087

contact@mertani.co.id

+62 851-7337-3817 (Mugiyati)

© 2018 by PT Merapi Tani Instrumen

Thanks for submitting!

bottom of page