Cuaca Ekstrem: Pengertian dan Pengaruhnya Terhadap Eskalasi Bencana Hidrometeorologi
- Marketing Mertani
- 1 day ago
- 5 min read

Cuaca ekstrem adalah kejadian fenomena alam yang ditandai dengan beberapa kondisi maupun pola pada beberapa parameter yang meliputi kondisi intensitas curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembapan udara, dan jarak pandang.
Dalam peraturan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Republik Indonesia No.9 Tahun 2022 informasi mengenai cuaca ekstrem meliputi hujan lebat, hujan disertai angin kencang atau kilat dan atau petir, angin kencang, angin puting beliung, hujan es, jarak pandang mendatar ekstrem, suhu udara ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, serta siklon tropis.
Pengertian Cuaca Ekstrem
Cuaca ekstrem menjadi satu dari sekian potensi kemungkinan sebagai salah satu penyebab terjadinya suatu fenomena alam. Mulai dari dampaknya terhadap lingkungan hingga dampaknya terhadap keselamatan jiwa bahkan harta. Jika menelisik ke belakang pada fenomena cuaca ekstrem yang terjadi di Indonesia salah satu penyebabnya adalah saat berlangsungnya puncak musim penghujan.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) cuaca ekstrem adalah kejadian fenomena alam yang ditandai oleh kondisi curah hujan, arah dan kecepatan angin, suhu udara, kelembapan udara, dan jarak pandang yang dapat mengakibatkan kerugian terutama keselamatan jiwa dan harta. Fenomena cuaca ekstrem ini berpotensi untuk semakin parah akibat pemanasan global yang mengakibatkan meningkatnya suhu permukaan air laut.
Dengan menghangatnya suhu permukaan air laut, hal ini akan memicu proses kondensasi menjadi awan hujan dan mempengaruhi siklus hidrologi. Dampak yang dapat ditimbulkan dari percepatan proses pembentukan awan menjadi lebih banyak adalah berpotensi untuk mengakibatkan hujan dengan intensitas ringan hingga lebat.
Pada kurun waktu 1 Januari hingga 4 November 2025 menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terdapat 582 kejadian cuaca ekstrem di Indonesia. Angka kejadian ini masih berpotensi untuk mengalami peningkatan hingga penghujung tahun 2025 nanti.
Kontribusi Cuaca Ekstrem Terhadap Potensi Bencana Hidrometeorologi
Cuaca ekstrem merupakan fenomena yang menjadi bagian dari siklus alam dan menjadi hal yang normal untuk dijumpai. Akan tetapi kecenderungan terhadap fenomena cuaca ekstrem dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan.
Perubahan iklim yang saat ini berlangsung dinilai menjadi penyebab atas meningkatnya cuaca ekstrem yang terjadi di beberapa belahan dunia. Kondisi ini masih turut diperparah dengan fakta bahwa ketergantungan pada penggunaan bahan bakar fosil yang tinggi dan berpotensi meningkat. Hal ini tentu dengan mempertimbangkan pertumbuhan penduduk dan berkembangnya berbagai jenis industri yang masih menggunakan bahan bakar fosil di berbagai aktivitasnya.
Penggunaan bahan bakar fosil turut menyumbang emisi karbon dalam jumlah signifikan. Selain berdampak pada kondisi kualitas udara, tingginya penggunaan bahan bakar fosil juga berkontribusi pada siklus hidrologi.
Fenomena cuaca ekstrem juga memiliki potensi untuk dapat turut berkontribusi terhadap kejadian bencana hidrometeorologi. Khususnya di Indonesia, angka kejadian bencana hidrometeorologi juga masih mendominasi total angka kejadian bencana di seluruh Indonesia.
Merujuk pada laporan rangkuman bencana yang periode 1 Januari hingga 4 November 2025 yang dirilis oleh BNPB, bencana hidrometeorologi masih mendominasi angka kejadian bencana di tanah air. Sementara itu, bencana hidrometeorologi berupa banjir hingga tanah longsor turut dipengaruhi oleh fenomena cuaca ekstrem. Dalam hal ini hujan dengan intensitas lebat dan sangat lebat dalam frekuensi yang tinggi juga dapat berkontribusi pada meningkatnya angka kejadian bencana hidrometeorologi.
Di antara beberapa jenis bencana hidrometeorologi, secara berturut-turut angka kejadian bencana terbanyak meliputi banjir, cuaca ekstrem, karhutla, tanah longsor, kekeringan, hingga gelombang pasang dan abrasi. Dari total angka kejadian, bencana hidrometeorologi mendominasi dengan persentase mencapai 99% dan bencana geologi sebesar 1%.
Penyebab Cuaca Ekstrem
Fenomena cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi membuat semua pihak untuk bersiap dengan mitigasi yang baik. Terlebih lagi, dengan meningkatnya kejadian cuaca ekstrem juga berpotensi untuk membawa berbagai dampak bagi manusia, lingkungan, dan berbagai infrastruktur. Namun lebih dari itu cuaca ekstrem juga dapat membahayakan keselamatan.
Dengan meningkatnya frekuensi terhadap fenomena cuaca ekstrem, mengenali beberapa penyebabnya menjadi sangat penting dan menarik untuk dipelajari. Beberapa potensi yang dapat menyebabkan cuaca ekstrem meliputi:
Pemanasan Global
Pemanasan global adalah kondisi di mana suhu rata-rata pada atmosfer dan permukaan laut mengalami peningkatan. Dengan demikian, keadaan tersebut menyebabkan ketidakseimbangan pada sistem iklim. Dampak yang ditimbulkan di antaranya adalah intensifikasi hujan, peningkatan suhu secara ekstrem, dan kemunculan badai.
Fenomena Monsun
Pola musim yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh angin musiman (monsun) dari Asia dan Australia. Saat angin monsun bertiup dari arah barat atau benua Asia akan membawa uap air ke arah benua Australia. Sedangkan saat angin monsun dari arah timur atau benua Australia ke arah benua Asia yang terjadi saat musim kemarau.
El Nino dan La Nina
Fenomena El Nino dan La Nina adalah kejadian anomali iklim global. Kedua fenomena tersebut berpotensi terhadap dampak curah hujan bulanan dan musiman di beberapa wilayah termasuk Indonesia. La Nina yang kuat pernah terjadi di Indonesia pada tahun 2010 yang mempengaruhi intensitas curah hujan hingga ekstrem tinggi (extremely high rainfall) di periode Maret, April, Mei. Selain itu di bulan September - Oktober - November hujan ekstrem terjadi di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan sebagian wilayah Kalimantan.
Berkebalikan dengan La Nina, fenomena El Nino umumnya berdampak terhadap terjadinya penurunan intensitas curah hujan di wilayah Indonesia tengah dan timur. El Nino terkuat dalam sejarah Indonesia pernah terjadi di tahun 1997 yang menyebabkan wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, sebagian wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua mengalami curah hujan yang sangat rendah (extremely low rainfall).
Dampak Cuaca Ekstrem
Cuaca ekstrem selain berpotensi terhadap terjadinya eskalasi pada kejadian bencana hidrometeorologi juga membawa dampak di berbagai sektor. Setidaknya, bencana hidrometeorologi yang dipicu oleh fenomena cuaca ekstrem akan berdampak pada sektor:
Sektor Kesehatan
Meningkatnya intensitas curah hujan ekstrem dapat berkontribusi pada penularan jenis penyakit seperti flu, DBD, hingga malaria. Hal ini diakibatkan karena intensitas curah hujan turut mempengaruhi tingkat kembang biak bakteri dan virus.
Sektor Sarana dan Prasarana Permukiman
Intensitas curah hujan yang tinggi berpotensi untuk meningkatkan angka kejadian bencana banjir dan tanah longsor. Hal ini dapat berdampak terhadap kerusakan sarana dan prasarana umum.
Sektor Pertanian dan Perkebunan
Pada beberapa jenis komoditas dan pertanian dan perkebunan, intensitas curah hujan yang tinggi dapat berdampak pada hasil panen. Mulai dari angka hasil panen yang tidak optimal bahkan hingga ancaman gagal panen.
Sektor Transportasi
Curah hujan juga berpotensi untuk menghambat aktivitas hingga membahayakan keselamatan. Dalam hal ini di antaranya seperti potensi terhadap gangguan navigasi pada transportasi udara hingga terhambatnya lalu lintas yang diakibatkan oleh banjir.
Parameter Dalam Sistem Peringatan Dini Banjir
Potensi bencana hidrometeorologi yang dapat ditimbulkan oleh fenomena cuaca ekstrem salah satunya adalah banjir. Secara statistik, angka kejadian bencana banjir masih cukup mendominasi. Dengan mempertimbangkan data tersebut, maka langkah strategis untuk mengoptimalkan sistem peringatan dini sangat diperlukan sebagai bagian dari mitigasi bencana.
Keselamatan jiwa dan kerugian materi, menjadi beberapa dari sekian banyak faktor risiko yang dapat ditimbulkan ketika terjadi bencana banjir. Menyikapi hal tersebut kemudian pendekatan berbasis penelitian, kajian lingkungan, hingga inovasi teknologi IoT dilakukan untuk menghasilkan solusi yang relevan dan tepat guna.
Dalam hal ini, inovasi dalam sistem peringatan dini banjir telah dikembangkan dengan memanfaatkan teknologi IoT yang dapat mengintegrasikan pemantauan intensitas curah hujan dan ketinggian muka air sebagai parameter yang dapat diukur secara real-time. Informasi data akurat di lapangan memungkinkan proses evakuasi dini dapat dilakukan secara efektif ketika dihadapkan pada kondisi darurat.
Mertani telah dipercaya untuk memenuhi kebutuhan teknologi dalam berbagai industri dan institusi. Pengembangan produk berbasis Internet of Things (IoT) yang dimiliki oleh Mertani bermanfaat dalam melakukan pengamatan dan pemantauan cuaca, pemantauan curah hujan, pemantauan kualitas udara, pemantauan tinggi muka air, pemantauan kualitas air limbah, hingga sistem peringatan dini.
Dapatkan informasi terbaru mengenai teknologi, isu lingkungan terkini, dan perkembangan Internet of Things (IoT) dengan mengikuti aktivitas kami di:
Website: mertani.co.id
YouTube: mertani official
Instagram: @mertani_indonesia
Linkedin : PT Mertani
Tiktok : mertaniofficial
Sumber:





Comments