Stasiun Pengamat Arus Sungai atau SPAS menjadi instrument penting yang patut diperhatikan dalam perencanaan wilayah. Di dalamnya juga terdapat pengelolaan tata ruang yang membutuhkan banyak pertimbangan, dari segi risiko-risiko terkena dampak bencana alam, contohnya banjir. Pengelolaan tata ruang dilakukan untuk memastikan bahwa pembangunan wilayah dilakukan secara optimal, terstruktur, dan tidak membahayakan. Lantas seperti apa menggunakan data SPAS untuk perencanaan tata ruang wilayah? Simak dan baca untuk informasi selengkapnya!
Pengaruh Data SPAS dalam Perencanaan Wilayah
Stasiun Pengamat Arus Sungai atau SPAS memiliki keterhubungan dengan perencanaan wilayah. Ini disebabkan tidak sedikit pemukiman, bangunan-bangunan dan infrastuktur umum yang dekat dengan sungai. Untuk itu, data SPAS sangat dibutuhkan untuk memastikan bahwa wilayah sekitar sungai tidak sampai terkena dampak. Sebagai informasi tambahan, perencanaan wilayah adalah perencanaan pembangunan untuk melakukan perubahan menuju pembangunan yang lebih baik.
Data SPAS yang di antaranya merupakan parameter flowmeter water level, debit, rainfall, TSS, dan pH (opsional) menjadi tolak ukur yang dapat dijadikan acuan dalam prencanaan wilayah. Contohnya, dengan parameter rainfall, kita dapat mengetahui intensitas curah hujan di suatu wilayah. Intensitas curah hujan yang tinggi dapat berpotensi terjadinya banjir sehingga pihak yang bertanggung jawab dalam perencanaan wilayah dapat berpikir lebih lanjut untuk menanggulangi itu. Contoh selanjutnya adalah water level. Di daerah yang dekat dengan sungai dan rawan banjir, water level dibutuhkan untuk memastikan bahwa ketinggian muka air tidak melebihi batas maksimum. Dengan program SPAS, perencanaan wilayah akan berjalan lebih modern, efisien, dan tepat sasaran.
Data ARR dan Flowmeter dalam Perencanaan Drainase
Data yang dihasilkan dari monitoring ARR atau Automatic Rainfall Recorder dan Flowmeter dapat digunakan dalam perencanaan drainase. Sebagai informasi, drainase merupakan sebuah saluran yang berfungsi mengalirkan air berlebih dari suatu kawasan seperti jalan, perumahan, atau perkotaan. Drainase dinilai penting untuk mengurangi adanya genangan air. Selain genangan air, drainase dapat digunakan untuk menanggulangi jangkauan bencana yang lebih luas lagi, yakni banjir.
ARR atau Automatic Rainfall Recorder adalah perangkat canggih yang digunakan untuk memonitoring curah hujan. Dari data curah hujan inilah perencaaan drainase dapat dilakukan. Melalui data curah hujan Automatic Rainfall Recorder, pengelola atau pihak berwenang dapat mengetahui intensitas curah hujan yang terjadi, apakah debit air yang jatuh dalam interval waktu tertentu berlebihan atau tidak. Jika air berlebihan, maka untuk menghindari potensi banjir atau air menggenang, pembangunan saluran drainase wajib dilakukan. Saluran drainase ini sering ditemukan di pinggiran jalan untuk memastikan bahwa air tidak berlebihan dan menggenang sehingga menganggu pejalan kaki maupun pengendara.
Selain perangkat data curah hujan dari Automatic Rainfall Recorder, Flowmeter juga dinilai sebagai instrument penting dalam perencanaan drainase. Melalui data hasil monitoring Flowmeter, pihak yang berkepentingan dapat mengetahui laju aliran air yang didalamnya termasuk debit aliran air. Dengan mengetahui aspek penting tersebut, pembangunan dapat lebih terencana dan tersetruktur. Mengetahui debit aliran memberikan semacam rambu-rambu atau instruksi ukuran dan kapasitas saluran drainase yang dibutuhkan. Yang lebih penting, flowmeter dapat digunakan sebagai indeks terjadinya penyumbatan pada saluran drainase melalui data laju air. Jika terjadi peningkatan maupun penurunan secara tiba-tiba pada laju air, hal ini patut dicurigai adanya penyumbatan atau masalah sejenisnya.
Mengantisipasi Kerugian Pembangunan di Area Rawan Banjir
Pembangunan di area rawan banjir seringkali dilakukan apabila tidak memiliki banyak pilihan lokasi. Area rawan banjir sebenarnya dapat diantisipasi kerugiannya menggunakan teknik perencanaan tata ruang. Berikut contoh dari perencanaan tata ruang:
1. Sistem Drainase yang Memadai
Salah satu cara untuk mengantisipasi kerugian dari pembangunan di area rawa banjir adalah pembangunan saluran drainase yang memadai. Saluran drainase yang dibangun harus disesuaikan dengan intensitas curah hujan dan debit air yang melaju di sekiar wilayah pembangunan. Kapasitas dari saluran drainase wajib diperhatikan untuk mencegah adanya kerusakan.
2. Memperhatikan Ketinggian Bangunan
Langkah lainnya adalah memperhatikan ketinggian bangunan. Umumnya, terendamnya bangunan akibat banjir dikarenakan lokasi yang berada di dataran rendah.Maka dari, ketinggian bangunan patut diperhatikan di dataran rendah daripada bangunan pada umumnya.
3. Pengelolaan Air Hujan
Mengelola air hujan menjadi hal penting lain yang patut dilakukan dalam perencanaan tata ruang untuk pembangunan di area rawan banjir. Yang dapat dilakukan untuk mengelola air hujan demi menghindari banjir adalah dengan memperbanyak resapan biopori dan sumur resapan. Hal ini juga akan memperingan kinerja dari saluran drainase.
Studi Kasus Penggunaan Data SPAS dalam Perencanaan Wilayah
Pada tahun 2022 lalu, program SPAS yang merupakan regulasi pemerintah diimplementasikan secara nyata di Banaran, Bengawan Solo. Perangkat SPAS ini dijnstalasi dengan banyak tujuan, diantaranya untuk mengelola daerah aliran sungai. Perangkat SPAS ini merupakan perangkat yang memiliki teknis kerja secara otomatis, real-time, dan continue dalam pengambilan data. Pengelolaan terhadap daerah aliran sungai ini patut dilakukan untuk memastikan bahwa pemangku kepetingan memiliki rujukan yang jelas dalam mengambil sebuah keputusan. Keputusan yang diambil di antaranya adalah penanggulangan bencana alam terutama banjir, upaya meminimalisir terjadinya erosi dan sedimentasi, dan tentunya menjaga supaya kualitas air tetap dalam keadaan optimal dan layak dipakai apabila menjadi sumber daya air untuk kebutuhan sehari-hari.
Dari artikel di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan tata ruang dan perencaaan wilayah patut dilakukan untuk menghindari bencana alam, contohnya banjir. Apalagi, untuk daerah-daerah yang berada di dataran rendah, memikirkan proporsi bangunan yang tahan terhadap banjir patut dilakukan untuk meminimalisir dari berbagai kerugian. Data dari SPAS atau Stasiun Pengamat Arus Sungai dan Flowmeter dapat dijadikan salah satu acuan untuk memastikan bahwa proses pengelolaan tata ruang dan perencanaan wilayah dinilai optimal. Dapatkan informasi lainnya seputar ilmu lingkungan dan pertanian dengan cara mengunjungi kami di:
Website: mertani.co.id
YouTube: mertani official
Instagram: @mertani_indonesia
Linkedin : Merapi Tani Instrumen
Tiktok : mertaniofficial
Sumber:
Comments