Indonesia, tanah yang kaya akan keragaman iklim, diprediksi akan memasuki musim hujan 2023/2024 mulai Oktober hingga Desember 2023, dengan puncaknya pada Januari-Februari 2024. Menurut Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Prof Ir Dwikorita Karnawati MSc PhD, prakiraan ini disampaikan dalam live webinar Program Penelitian, Pengabdian pada Masyarakat, dan Inovasi (PPMI) Kolaboratif Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) di Bandung pada 29 Oktober 2023.
Sebagai pengantar, Prakiraan awal musim hujan di Indonesia menyajikan tantangan unik karena tingginya keragaman iklim di seluruh wilayah. Meskipun Hasalika Nurjana, Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Pertama BMKG, memperkirakan awal musim hujan secara umum pada awal November 2023, beberapa zona sudah mengalami musim hujan sejak 19 September 2023. Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, dan sebagian Kepulauan Riau menjadi contoh wilayah yang telah merasakan hujan.
Seiring berjalannya waktu, musim hujan di Indonesia akan merambah ke berbagai daerah secara berurutan, mencapai puncaknya pada Maret hingga April 2024, menurut Hasalika dalam kanal YouTube Info BMKG. Sebagai respons terhadap berbagai dampak musim hujan yang dihadapi, baik oleh masyarakat maupun pemerintah daerah, perlu adanya kewaspadaan dan antisipasi.
Waspada Dampak Awal Musim Hujan 2023/2024
Prof Dwikorita, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), menekankan urgensi kewaspadaan terhadap dampak perubahan pola cuaca yang dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi. Dalam konteks ini, bencana tersebut melibatkan berbagai fenomena alam yang terjadi di atmosfer, air, dan lautan. Beberapa contoh konkret dari bencana ini mencakup curah hujan ekstrem, banjir, badai siklon tropis, badai petir, badai es, tornado, embun, dan suhu dingin.
Pentingnya memahami variasi ini terletak pada konsekuensi serius yang dapat diakibatkan oleh setiap jenis bencana. Misalnya, curah hujan ekstrem dapat menyebabkan banjir dan longsor, sementara badai siklon tropis dapat memicu angin kencang dan gelombang laut yang merusak. Oleh karena itu, dengan menyadari dan mengenali berbagai dampak dari fenomena hidrometeorologi ini, masyarakat dan pemerintah dapat lebih siap dan responsif terhadap perubahan cuaca yang terjadi.
A.    Curah Hujan Ekstrem
Curah hujan ekstrem menjadi suatu kejadian yang dapat menimbulkan bencana di lokasi tertentu dengan intensitas yang jauh melebihi batas atas curah hujan biasa. Keberadaan awan cumulonimbus yang besar dapat menjadi pemicu munculnya fenomena seperti golakan angin kencang, hujan es, dan berpotensi memicu puting beliung. Penting bagi kita untuk memahami risiko yang terkait dengan kejadian curah hujan ekstrem ini, dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai guna mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul.
Dalam konteks ini, langkah-langkah pencegahan melibatkan pemahaman mendalam terhadap dinamika cuaca di wilayah terkait, serta implementasi sistem peringatan dini yang efektif. Selain itu, pendidikan masyarakat tentang tindakan yang harus diambil selama kejadian curah hujan ekstrem juga menjadi kunci dalam membangun ketahanan komunitas terhadap dampak buruk yang mungkin terjadi. Dengan demikian, kolaborasi antara pemerintah, ahli meteorologi, dan masyarakat dapat membentuk fondasi yang solid dalam menghadapi dan merespons curah hujan ekstrem dengan lebih efektif.
B.    Banjir
Banjir, sebagai akibat dari luapan air di tanah, dapat terjadi baik karena limpahan dari badan air maupun karena akumulasi air hujan yang tidak dapat diserap oleh tanah. Penyebab banjir ini menjadi perhatian utama, terutama ketika kita mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat memicu kejadian ini. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi secara mendalam tentang apa yang menyebabkan banjir dan strategi yang dapat diterapkan oleh masyarakat untuk bersiap menghadapi risiko tersebut.
Penting untuk memahami bahwa beberapa daerah lebih rentan terhadap banjir daripada yang lain, tergantung pada topografi, struktur tanah, dan sistem drainase lokal. Peningkatan aliran air dari sungai, luapan air laut, atau bahkan akumulasi air hujan yang berlebihan dapat menjadi pemicu terjadinya banjir. Oleh karena itu, upaya persiapan dan mitigasi harus melibatkan pemahaman mendalam tentang lingkungan sekitar dan adopsi tindakan preventif yang sesuai. Dengan membangun kesadaran masyarakat tentang penyebab banjir dan mendorong partisipasi aktif dalam upaya pencegahan, kita dapat meningkatkan ketahanan komunitas terhadap ancaman banjir yang mungkin terjadi.
C.    Longsor
Tanah longsor adalah risiko yang dapat terjadi di berbagai lingkungan dengan kemiringan lereng tertentu, seperti daerah pegunungan, tebing pantai, dan dasar laut. Kontur tanah yang curam di pegunungan dan erosi air laut pada tebing pantai membuatnya rentan terhadap kejadian longsor. Bahkan, dasar laut juga dapat mengalami longsor, terutama di daerah dengan perubahan geologis. Untuk menghadapi risiko ini, penting untuk memahami faktor-faktor risiko seperti jenis tanah, tipe batuan, kelembapan, dan aktivitas manusia yang dapat memicu longsor. Upaya pencegahan dan mitigasi melibatkan pemantauan terus-menerus, perbaikan struktur tanah, dan pengelolaan lahan yang bijaksana. Dengan pemahaman mendalam ini, komunitas dapat mengembangkan solusi yang tepat untuk melindungi diri dari dampak serius yang mungkin timbul akibat tanah longsor.
Solusi untuk Menghadapi Tantangan
Dalam menghadapi peningkatan risiko bencana hidrometeorologi, penting untuk memahami peran sentral teknologi dalam upaya mitigasi dampak yang mungkin terjadi. Inovasi teknologi, seperti penggunaan Automatic Weather Station (AWS), dapat menjadi solusi efektif dalam rangka membantu memprediksi, mencegah, dan mengelola berbagai bencana alam yang terkait dengan cuaca. AWS memiliki kemampuan untuk memberikan data cuaca real-time secara akurat, memungkinkan pihak berwenang dan masyarakat umum untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dengan cepat dan efisien.
Dalam konteks musim hujan 2023/2024, penerapan AWS dapat menjadi kunci utama dalam mengurangi risiko yang dapat timbul. Data yang diberikan oleh AWS dapat memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap perkembangan cuaca, termasuk potensi curah hujan ekstrem, kecepatan angin, dan suhu. Informasi ini kemudian dapat digunakan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat. Oleh karena itu, penerapan teknologi, khususnya AWS, menjadi investasi yang cerdas untuk melindungi masyarakat dari dampak bencana hidrometeorologi.
Dalam menghadapi awal musim hujan 2023/2024 di Indonesia, penting untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang berbagai dampak dan risiko yang mungkin terjadi. Kewaspadaan, antisipasi, dan penerapan solusi teknologi menjadi kunci untuk meminimalkan kerugian dan melindungi komunitas. Dengan berbagai zona merasakan dampak secara berbeda, kolaborasi antarindividu, pemerintah daerah, dan lembaga terkait menjadi esensial untuk membangun ketahanan terhadap bencana.
Ingin tahu lebih banyak mengenai berbagai informasi terkait lingkungan? Anda dapat mengunjungi kami di:
Website: mertani.co.idÂ
YouTube: mertani officialÂ
Instagram: @mertani_indonesia
Linkedin : PT Mertani .
Tiktok : mertaniofficial
Â
Sumber:
Â
Comments