Strategi Pemupukan Efektif pada Kelapa Sawit dan Pentingnya Pemantauan Curah Hujan
- Umi Fadilah_
- 25 Jun
- 3 menit membaca

Pemupukan merupakan salah satu faktor kunci dalam meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Tanpa pemupukan yang tepat, tanaman tidak akan mampu menyerap unsur hara dalam jumlah cukup untuk menunjang pertumbuhan vegetatif maupun generatifnya. Namun, efektivitas pemupukan tidak hanya ditentukan oleh jenis pupuk, melainkan juga oleh waktu aplikasi dan kondisi lingkungan, terutama curah hujan. Oleh karena itu, integrasi praktik pemupukan dengan teknologi pemantauan seperti Automatic Rainfall Recorder menjadi sangat penting.
Jenis-Jenis Pupuk untuk Kelapa Sawit
Menurut standar pemupukan kelapa sawit yang diterapkan oleh Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP), terdapat beberapa jenis pupuk utama yang biasa digunakan untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas tanaman sawit, antara lain:
Urea
Merupakan sumber utama nitrogen (N) yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan daun dan tunas. Unsur ini sangat penting pada fase vegetatif, terutama untuk tanaman belum menghasilkan (TBM).
TSP/SP-36
Pupuk ini merupakan sumber fosfor (P) yang dibutuhkan untuk perkembangan akar yang kuat dan pembentukan bunga. SP-36 lebih sering digunakan karena kandungan posfornya cukup tinggi namun lebih ramah terhadap lingkungan dibanding TSP.
KCl
Kalium klorida (KCl) adalah sumber kalium (K) utama yang berperan dalam pembentukan dan pengisian buah. Kalium juga membantu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap cekaman lingkungan dan serangan penyakit.
Kieserite
Pupuk ini mengandung magnesium (Mg) dan sulfur (S). Magnesium sangat penting dalam pembentukan klorofil, sedangkan sulfur berperan dalam pembentukan protein dan enzim. Kekurangan magnesium dapat menyebabkan daun menguning (klorosis).
Borate/Borax
Digunakan sebagai sumber unsur mikro boron (B) yang sangat penting untuk pembentukan bunga dan buah, serta membantu pergerakan gula di dalam tanaman. Meski dibutuhkan dalam jumlah kecil, kekurangan boron dapat menyebabkan buah abnormal dan pertumbuhan terganggu.
Penggunaan pupuk-pupuk ini disesuaikan dengan analisis tanah dan daun untuk memastikan kecukupan unsur hara. Dosis dan jenis pupuk yang digunakan juga berbeda tergantung pada umur tanaman dan kondisi lahan.
Waktu Pemupukan yang Tepat
Waktu aplikasi pupuk sangat mempengaruhi efektivitas penyerapannya. Di perkebunan kelapa sawit, pemupukan biasanya dilakukan dua kali dalam setahun, yaitu:
Musim Awal HujanĀ
Dilakukan sekitar awal musim hujan, ketika tanah mulai lembap. Waktu ini ideal karena pupuk mudah larut dan terserap oleh akar.
Pertengahan Musim HujanĀ
Untuk menjaga ketersediaan unsur hara selama musim tanam yang aktif. Namun demikian, waktu ini bisa berbeda tergantung wilayah dan pola curah hujan setempat. Karena itu, pemantauan curah hujan secara akurat menjadi sangat krusial.
Dampak Kesalahan Waktu Pemupukan
Pemupukan yang tidak dilakukan pada waktu yang tepat dapat menyebabkan beberapa masalah serius:
Pupuk Tidak Terserap OptimalĀ
Jika diaplikasikan saat tanah terlalu kering, pupuk tidak akan larut dan sulit diserap akar. Sebaliknya, saat hujan terlalu lebat, pupuk dapat tercuci (leaching), sehingga tidak efektif bahkan mencemari lingkungan.
Kerugian EkonomiĀ
Pupuk merupakan salah satu komponen biaya terbesar dalam budidaya sawit. Aplikasi yang salah waktu dapat menyebabkan pemborosan biaya tanpa hasil yang signifikan.
Stres TanamanĀ
Tanaman yang kekurangan unsur hara pada saat fase kritis (seperti pembentukan bunga dan buah) akan mengalami penurunan produksi dan kualitas tandan buah segar (TBS).
Pentingnya Pemantauan Curah Hujan dengan Automatic Rainfall Recorder

Untuk menentukan waktu pemupukan yang tepat, pemantauan curah hujan secara real-time sangat diperlukan. Di sinilah Automatic Rainfall RecorderĀ (ARR)Ā berperan penting. Perangkat ini mampu merekam data curah hujan secara otomatis dan terus-menerus, sehingga memberikan informasi akurat mengenai:
Awal Musim HujanĀ
Data ARR membantu menentukan kapan tanah mulai cukup lembap untuk dilakukan pemupukan.
Volume dan Intensitas HujanĀ
Dengan mengetahui apakah hujan yang turun ringan atau lebat, pengelola kebun bisa menghindari pemupukan saat risiko leachingĀ tinggi.
Prediksi Pola Hujan MusimanĀ
ARR yang terhubung ke sistem monitoring dapat membantu perencanaan jangka panjang, terutama dalam menentukan jadwal pemupukan berikutnya.
Integrasi data ARR dengan manajemen pemupukan akan memberikan dampak besar pada efisiensi pemupukan dan produktivitas kelapa sawit. Dalam jangka panjang, hal ini juga akan membantu mengurangi beban biaya serta meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Pemupukan pada kelapa sawit harus dilakukan secara bijak dan berbasis data. Memahami jenis pupuk yang tepat, menentukan waktu aplikasi yang sesuai, dan memanfaatkan teknologi seperti Automatic Rainfall Recorder merupakan kunci sukses dalam manajemen nutrisi kelapa sawit. Dengan demikian, hasil panen yang optimal dapat dicapai dengan biaya yang efisien dan dampak lingkungan yang minimal. Dapatkan informasi lainnya seputar ilmu lingkungan dan pertanian dengan cara mengunjungi kami di:
Website: mertani.co.idĀ
YouTube: mertani officialĀ
Instagram: @mertani_indonesia
Linkedin : PT Mertani
Tiktok : mertaniofficial
Sumber:
Comments