Jakarta Masuk 5 Besar Kota dengan Kualitas Udara Terburuk di Dunia: Apa Penyebabnya?
- Marketing Mertani
- 2 hari yang lalu
- 3 menit membaca

Pagi hari seharusnya jadi waktu terbaik untuk menghirup udara segar, tapi tidak bagi warga Jakarta pada Senin, 2 Juni 2025. Menurut laporan dari IQAir, kualitas udara di ibu kota berada di tingkat yang mengkhawatirkan, dengan skor AQI 140, menandakan bahwa udara tidak sehat untuk kelompok sensitif. Lebih parah lagi, kadar PM2.5 yang tercatat mencapai hampir 11 kali lipat dari batas aman yang direkomendasikan oleh WHO. Kondisi ini menempatkan Jakarta masuk ke dalam 5 besar kota dengan kualitas udara terburuk. Tapi sebenarnya, apa yang membuat kualitas udara Jakarta begitu buruk? Dan apa yang sudah dilakukan untuk memperbaikinya? Kita akan mengupas tuntas penyebab, dampak, serta upaya yang sedang dan bisa dilakukan untuk mengatasi krisis udara di Jakarta.
Faktor Penyebab Jakarta menjadi Kota dengan Kualitas Udara Terburuk
Emisi Kendaraan Bermotor
Kita tahu betapa padatnya lalu lintas Jakarta. Setiap hari, jutaan kendaraan bermotor menyumbang emisi karbon dan nitrogen oksida, yang merupakan komponen utama polusi udara.
Aktivitas Industri
Pabrik-pabrik di dalam dan sekitar Jakarta menyumbang polutan berat ke atmosfer. Belum semua industri memiliki sistem filtrasi atau pengendalian emisi yang optimal.
Pembakaran Sampah
Banyak warga yang masih membakar sampah rumah tangga, terutama di permukiman padat. Ini melepaskan racun dan partikel berbahaya ke udara secara langsung.
Minimnya Ruang Terbuka Hijau
Idealnya, kota besar punya setidaknya 30% ruang terbuka hijau (RTH). Namun Jakarta masih jauh dari target itu. Kurangnya pohon dan tanaman menyebabkan tidak adanya filter alami untuk menyerap polutan.
Dampak Buruk Bagi Kesehatan
Risiko Penyakit Pernapasan
Polusi udara memicu atau memperparah asma, bronkitis, dan penyakit paru lainnya. Dalam jangka panjang, bisa meningkatkan risiko kanker paru-paru dan penyakit jantung.
Kelompok yang Paling Rentan
Anak-anak, ibu hamil, lansia, dan penderita penyakit kronis menjadi yang paling terdampak. Mereka bisa mengalami gangguan perkembangan paru-paru hingga gangguan jantung.
Dampak Jangka Panjang
Paparan jangka panjang terhadap udara kotor bisa menurunkan harapan hidup hingga beberapa tahun, bahkan menyebabkan gangguan kognitif dan mental

Upaya Pemprov DKI Jakarta dalam Mengatasi Polusi Udara
Peremajaan Transportasi Umum
Pemprov DKI Jakarta secara rutin meremajakan armada transportasi umum seperti Transjakarta. Kendaraan yang berusia lebih dari sepuluh tahun dan tidak lolos uji emisi dilarang beroperasi, sesuai dengan Instruksi Gubernur DKI Jakarta Nomor 66 Tahun 2019 tentang Pengendalian Kualitas Udara.
Kebijakan Ganjil-Genap
Untuk mengurangi volume kendaraan di jalan, Pemprov DKI Jakarta menerapkan kebijakan ganjil-genap berdasarkan nomor pelat kendaraan. Kebijakan ini berlaku pada hari kerja, Senin hingga Jumat, pukul 06.00–10.00 dan 16.00–21.00, kecuali hari libur nasional.
Implementasi Transit-Oriented Development (TOD)
Pemprov DKI Jakarta mengembangkan konsep TOD, yaitu pembangunan tata kota yang terintegrasi dengan sistem transportasi umum seperti LRT, MRT, dan bus listrik Transjakarta. Tujuannya adalah untuk memudahkan warga berpindah moda transportasi dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
Penetapan Zona Emisi Rendah (Low Emission Zone/LEZ)
Pemprov DKI Jakarta menetapkan kawasan tertentu sebagai Zona Emisi Rendah, di mana kendaraan bermotor dibatasi. Contohnya adalah Kota Tua dan Tebet Eco Park, yang hanya mengizinkan pejalan kaki, pengendara sepeda, transportasi umum, dan kendaraan dengan emisi rendah untuk melintas.
Pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Untuk meningkatkan kualitas udara, Pemprov DKI Jakarta menargetkan pembangunan Ruang Terbuka Hijau yang mencakup 30% dari wilayah Jakarta, sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 9 Tahun 2022 tentang Ruang Terbuka Hijau.
Pemantauan Kualitas Udara melalui SPKU dan Portal Udara Jakarta
Pemprov DKI Jakarta membangun Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) di berbagai titik kota untuk mengukur tingkat polusi udara secara real-time.
Peran Teknologi dalam Mengatasi Krisis Udara
Di tengah memburuknya kualitas udara di Jakarta, kebutuhan akan teknologi pemantauan yang canggih menjadi krusial. Kota metropolitan dengan lalu lintas yang padat, aktivitas industri yang tinggi, serta kepadatan penduduk yang ekstrem memerlukan sistem pemantauan lingkungan yang akurat dan tepat. Di sinilah peran AQMS (Air Quality Monitoring System) menjadi sangat krusial, teknologi yang dirancang untuk memantau kualitas udara secara real-time, serta mendeteksi berbagai zat pencemar seperti PM2.5, CO2, NO2, dan 03. Dengan data yang dikumpulkan oleh AQMS baik pemerintah maupun pemangku kepentingan lainnya dapat mengetahui kondisi udara secara akurat berdasarkan waktu, lokasi, dan jenis polutan.

Kualitas udara di ibu kota yang tercatat memburuk dengan indeks AQI mencapai 140 tingkat yang dikategorikan tidak sehat untuk kelompok sensitif. Bahkan, kadar PM2.5 saat itu hampir 11 kali lipat lebih tinggi dari batas aman yang direkomendasikan WHO. Di tengah kondisi ini, Jakarta masuk lima besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia. Situasi ini menunjukkan betapa pentingnya pemantauan kualitas udara secara akurat dan berkelanjutan. Di sinilah teknologi AQMS (Air Quality Monitoring System) memainkan peran penting. Dengan kemampuan mendeteksi berbagai polutan seperti PM2.5, CO2, NO2, dan O3 secara real-time, AQMS menyediakan data yang diperlukan untuk pengambilan kebijakan lingkungan yang lebih tepat sasaran. Dapatkan informasi lainnya seputar ilmu lingkungan dan pertanian dengan cara mengunjungi kami di:
Website: mertani.co.id
YouTube: mertani official
Instagram: @mertani_indonesia
Linkedin : PT Mertani
Tiktok : mertaniofficial
Sumber:
Comments