Curah Hujan dan Ancaman Longsor: Memahami Risiko di Wilayah Perbukitan
- Marketing Mertani
- 1 hari yang lalu
- 4 menit membaca

Curah hujan merupakan salah satu faktor alam yang memiliki pengaruh besar terhadap kondisi lingkungan, terutama di wilayah perbukitan yang rentan terhadap bencana longsor. Indonesia sebagai negara tropis memiliki tingkat curah hujan yang tinggi, menjadikannya salah satu wilayah paling rawan terhadap kejadian longsor. Fenomena ini bukan hanya disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi, tetapi juga oleh kondisi geografis, struktur tanah, dan aktivitas manusia yang memengaruhi kestabilan lereng. Kesadaran akan hubungan antara curah hujan dan risiko longsor menjadi penting agar masyarakat dan pemerintah dapat melakukan langkah mitigasi yang tepat.
Kondisi Geografis Indonesia dan Kerentanan Longsor
Indonesia terletak di antara dua samudra dan dua benua, menjadikannya wilayah dengan topografi yang sangat beragam, mulai dari dataran rendah, perbukitan, hingga pegunungan curam. Struktur tanah vulkanik yang subur namun tidak stabil menjadikan banyak daerah di Indonesia rentan terhadap pergerakan tanah, terutama ketika menerima curah hujan tinggi. Air hujan yang meresap ke dalam tanah dapat menyebabkan lapisan tanah menjadi jenuh air dan kehilangan kestabilannya.
Selain faktor alam, aktivitas manusia juga berperan besar dalam meningkatkan risiko longsor. Pembukaan lahan untuk pertanian dan permukiman tanpa memperhatikan tata ruang menyebabkan hilangnya vegetasi yang berfungsi menahan air. Tanah yang kehilangan tutupan vegetasi menjadi mudah tererosi dan tidak mampu menahan beban air hujan. Akibatnya, ketika curah hujan tinggi, struktur tanah melemah dan longsor pun lebih mudah terjadi.
Bagaimana Curah Hujan Mempengaruhi Kestabilan Tanah
Ketika hujan turun, air akan meresap ke dalam tanah melalui proses yang disebut infiltrasi. Jika curah hujan berlangsung terus-menerus, air akan menumpuk di lapisan bawah tanah dan menyebabkan tekanan air pori meningkat. Tekanan ini mengurangi kekuatan tanah dalam menahan beban di atasnya sehingga lapisan tanah menjadi tidak stabil dan mudah mengalami pergeseran yang dapat memicu longsor.
Curah hujan lebat dalam waktu singkat dapat memicu longsor secara tiba-tiba, terutama di lereng yang sudah jenuh air. Sementara itu, hujan dengan intensitas ringan tetapi terjadi terus-menerus dalam waktu lama juga mampu menurunkan kestabilan tanah secara perlahan. Akibatnya, kondisi lereng menjadi rentan terhadap pergerakan tanah yang dapat terjadi tanpa peringatan sebelumnya.
Para ahli geoteknik menyebutkan adanya ambang batas curah hujan yang berpotensi menimbulkan longsor. Ketika curah hujan melebihi 100 milimeter dalam kurun waktu 24 jam di wilayah perbukitan, risiko terjadinya longsor meningkat secara signifikan. Oleh karena itu, pemantauan curah hujan secara berkala sangat penting sebagai langkah mitigasi dini untuk mencegah dampak bencana yang lebih besar.
Data Pemantauan Hujan dan Tanah Sebagai Deteksi Dini
Pemantauan curah hujan menggunakan teknologi seperti Automatic Rainfall Recorder (ARR) berperan penting dalam mitigasi bencana longsor. ARR berfungsi merekam intensitas serta durasi hujan secara otomatis. Seiring kemajuan teknologi pemantauan modern, berbagai daerah di Indonesia kini mengadopsi sistem berbasis IoT (Internet of Things) yang menghubungkan ARR secara real-time. Data dari alat tersebut dikirim ke pusat analisis berbasis cloud untuk dipantau secara berkelanjutan. Dengan sistem ini, perubahan kondisi curah hujan dan kelembapan tanah dapat terdeteksi lebih cepat dan tepat.

Studi Kasus Longsor Akibat Curah Hujan Tinggi
Bencana tanah longsor yang terjadi di wilayah Lombok disebabkan oleh tingginya curah hujan yang mengguyur daerah tersebut, hujan lebat menyebabkan massa tanah di bagian atas lereng menjadi jenuh air, sehingga bobot tanah meningkat dan lereng kehilangan kestabilannya. Kondisi geologi yang terdiri dari lapisan tanah lemah di bawah batuan keras turut mempercepat terjadinya pergerakan tanah dan menyebabkan longsor di beberapa titik rawan.
Material longsoran yang jatuh ke aliran sungai sempat membentuk bendungan sementara. Namun, karena tekanan air terus meningkat, bendungan alami tersebut jebol dan memicu banjir bandang yang menggerus tepi serta dasar sungai. Dampak kerusakan meliputi rumah warga, jembatan, saluran air bersih, dan beberapa pembangkit listrik mikrohidro. Total kerugian diperkirakan mencapai lebih dari tiga miliar rupiah, terutama di Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah.
Untuk mencegah kejadian serupa, diperlukan penerapan teknologi pemantauan modern seperti Automatic Rainfall Recorder (ARR). Dengan ARR data curah hujan dapat di pantau secara otomatis dan real-time. Dengan dukungan sistem berbasis IoT serta analisis data melalui cloud computing, hasil pemantauan dapat diintegrasikan dengan sistem peringatan dini. Langkah ini memungkinkan tindakan mitigasi dilakukan lebih cepat dan efisien, mengurangi risiko serta dampak bencana longsor di masa mendatang.
Sinergi Pemantauan Hujan dan Tanah
Pencegahan bencana longsor membutuhkan kolaborasi antara pemerintah dan berbagai pihak terkait, terutama dalam pemanfaatan teknologi pemantauan modern. Pemerintah berperan penting dalam mengumpulkan, menganalisis, dan membagikan data curah hujan serta kondisi tanah secara terbuka. Dengan dukungan sistem berbasis teknologi seperti Automatic Rainfall Recorder (ARR) langkah mitigasi dapat dilakukan secara cepat, tepat, dan efisien.
Selain itu, peran masyarakat juga sangat dibutuhkan dalam mendukung sistem pemantauan berbasis teknologi tersebut. Warga dapat berkontribusi dengan memasang alat sederhana seperti penanda retakan tanah atau alat ukur curah hujan manual sebagai data pendukung lapangan. Melalui kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat yang didukung teknologi digital serta sistem real-time, potensi bencana longsor dapat dipantau lebih akurat dan risiko kerugiannya dapat diminimalkan.

Curah hujan memang merupakan sumber kehidupan, tetapi di sisi lain juga dapat menjadi ancaman mematikan jika tidak diantisipasi dengan baik, terutama di wilayah perbukitan. Kombinasi antara intensitas hujan tinggi, kondisi tanah tidak stabil, dan tata guna lahan yang kurang tepat menjadi penyebab utama longsor di Indonesia.
Mengetahui tingkat curah hujan di satu kawasan tertentu akan bermanfaat untuk banyak hal. Pendekatan melalui teknologi dengan menggunakan Automatic Rainfall Recorder akan memberikan informasi akurat yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Baik untuk mengelola irigasi di lahan pertanian, mitigasi bencana, hingga meningkatkan upaya untuk keselamatan dan kesehatan kerja. Dapatkan informasi terbaru mengenai teknologi, isu lingkungan terkini, dan perkembangan Internet of Things (IoT) dengan mengikuti aktivitas kami di:
Website:Â mertani.co.idÂ
YouTube:Â mertani officialÂ
Instagram:Â @mertani_indonesia
Linkedin :Â PT Mertani
Tiktok :Â mertaniofficial
Sumber:

