top of page

Cuaca Ekstrem di Akhir Tahun: Kesiapsiagaan Warga Menghadapi Risiko Bencana

Cuaca ekstrem di akhir tahun di Indonesia cenderung meningkat seiring memasuki puncak musim hujan. Kondisi ini menuntut warga untuk meningkatkan kesiapsiagaan bencana secara menyeluruh, mulai dari kesiapan individu hingga komunitas. Langkah proteksi aset, pemantauan lingkungan sekitar, serta koordinasi antarwarga menjadi kunci penting untuk menekan dampak banjir, angin kencang, dan tanah longsor yang kerap terjadi.


Bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor tercatat sebagai jenis bencana paling dominan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, pengelolaan risiko bencana perlu dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Selain upaya mitigasi fisik dan nonfisik, transfer risiko melalui asuransi menjadi semakin penting untuk memberikan perlindungan finansial bagi masyarakat saat menghadapi kerugian akibat bencana.


Pola Cuaca Ekstrem Akhir Tahun di Indonesia

BMKG memproyeksikan bahwa akhir tahun umumnya bertepatan dengan puncak musim hujan di banyak kawasan Indonesia, yang ditandai hujan intensitas sedang hingga sangat lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang. Kondisi ini dipengaruhi faktor seperti suhu permukaan laut di sekitar perairan Indonesia dan dinamika atmosfer tropis yang memicu pertumbuhan awan hujan skala lokal maupun regional.​


Selama periode menjelang Natal dan Tahun Baru, BMKG kerap merilis peringatan dini cuaca ekstrem untuk wilayah Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua yang berpotensi mengalami peningkatan curah hujan dan kejadian hujan lebat berdurasi singkat. Dalam rentang beberapa hari saja, kombinasi hujan lebat dan angin kencang dapat menyebabkan genangan, pohon tumbang, serta gangguan aktivitas transportasi darat, laut, maupun udara.


Risiko yang Muncul: Banjir, Angin Kencang, Tanah Longsor

Data BNPB menunjukkan bahwa mayoritas bencana yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir didominasi oleh bencana hidrometeorologi, terutama banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem. Pada tahun 2023 tercatat sekitar 4.940 kejadian bencana, dengan porsi terbesar berupa bencana hidrometeorologi basah. Sementara itu, pada 2024 jumlah kejadian meningkat menjadi 5.593, didominasi banjir, longsor, serta cuaca ekstrem.


Banjir umumnya dipicu oleh kombinasi curah hujan tinggi, sistem drainase yang tidak memadai, alih fungsi lahan, serta keberadaan permukiman di dataran rendah atau bantaran sungai. Tanah longsor sering terjadi di wilayah perbukitan dengan kondisi tanah labil dan minim vegetasi. Sementara itu, angin kencang dan puting beliung berpotensi merusak atap rumah, jaringan listrik, serta pepohonan dalam waktu singkat.


Kesiapsiagaan bencana di tingkat rumah tangga dimulai dari pemahaman risiko di sekitar tempat tinggal.
Sumber: bnpb.go.id

Checklist Kesiapsiagaan Rumah Tangga

Kesiapsiagaan bencana di tingkat rumah tangga dimulai dari pemahaman risiko di sekitar tempat tinggal. Warga perlu mengetahui apakah wilayahnya termasuk rawan banjir, tanah longsor, atau angin kencang berdasarkan peta risiko dan informasi resmi pemerintah. Selain itu, penyusunan rencana darurat keluarga menjadi penting, mencakup titik kumpul, jalur evakuasi, serta daftar kontak penting seperti BPBD, layanan kesehatan, dan aparat setempat.


Langkah praktis yang dapat dilakukan antara lain memastikan saluran air dan drainase di sekitar rumah tidak tersumbat agar aliran air tetap lancar saat hujan lebat. Barang-barang penting sebaiknya ditempatkan di lokasi lebih tinggi pada area rawan banjir. Warga juga dapat menyiapkan karung pasir sebagai penghalang sementara guna mengurangi potensi genangan air masuk ke dalam rumah.


Selain itu, penguatan fisik rumah perlu diperhatikan, terutama atap, genteng, dan struktur ringan yang mudah terangkat angin kencang. Pemangkasan dahan pohon di sekitar rumah dapat mengurangi risiko tumbang. Warga juga disarankan menyiapkan tas siaga berisi dokumen penting, obat-obatan, makanan, air minum, serta rutin mengikuti informasi cuaca dan peringatan dini dari kanal resmi pemerintah.


Pentingnya Asuransi Bencana dan Proteksi Aset

Dalam kerangka manajemen risiko, proteksi aset dan transfer risiko menjadi pilar penting selain upaya pencegahan fisik. Transfer risiko dilakukan dengan mengalihkan sebagian potensi kerugian finansial kepada lembaga asuransi atau skema pembiayaan risiko, sehingga ketika bencana terjadi, beban biaya pemulihan tidak sepenuhnya ditanggung sendiri oleh pemilik aset.​


Pemerintah Indonesia telah menerapkan strategi pembiayaan dan asuransi risiko bencana, termasuk pengasuransian Barang Milik Negara (BMN) serta pembentukan skema Pooling FundĀ Bencana untuk memperkuat perlindungan aset publik. Di tingkat rumah tangga, masyarakat dapat memanfaatkan produk asuransi properti, asuransi rumah tinggal, dan asuransi kendaraan yang mencakup risiko banjir, angin kencang, atau longsor, dengan mencermati ketentuan polis dan perluasan jaminan yang relevan dengan bencana hidrometeorologi.


Peran Komunitas dalam Menghadapi Puncak Musim Hujan

Selain upaya individu, peran komunitas sangat menentukan keberhasilan pengurangan risiko bencana di tengah cuaca ekstrem. Kelompok warga, RT/RW, dan organisasi masyarakat dapat membentuk tim siaga bencana lingkungan. Tim ini berperan memantau kondisi sungai, lereng, dan wilayah rawan, sekaligus memastikan jalur evakuasi aman dan mudah diakses oleh seluruh warga saat terjadi keadaan darurat.


Melalui kerja sama komunitas, proses penyaluran informasi dan bantuan awal dapat dilakukan lebih cepat dan terkoordinasi. Warga dapat saling mengingatkan saat terjadi hujan ekstrem, angin kencang, atau tanda bahaya lainnya. Latihan simulasi bencana secara berkala juga membantu meningkatkan kesiapan masyarakat, sehingga respons yang diberikan lebih tenang, efektif, dan mampu mengurangi dampak kerugian akibat bencana.


Kegiatan gotong royong seperti kerja bakti membersihkan selokan, pelatihan pertolongan pertama, simulasi evakuasi, serta edukasi kesiapsiagaan bencana di sekolah dan tempat ibadah terbukti efektif menurunkan risiko korban jiwa.
Sumber: Kompas.com

Kegiatan gotong royong seperti kerja bakti membersihkan selokan, pelatihan pertolongan pertama, simulasi evakuasi, serta edukasi kesiapsiagaan bencana di sekolah dan tempat ibadah terbukti efektif menurunkan risiko korban jiwa. Aktivitas kolektif ini meningkatkan kesadaran, keterampilan, dan kecepatan respons masyarakat saat menghadapi kondisi darurat akibat cuaca ekstrem, terutama pada puncak musim hujan yang rawan bencana.


Dengan menggabungkan informasi cuaca ekstrem dari BMKG, data risiko dari BNPB, kesiapsiagaan rumah tangga, proteksi aset, serta transfer risiko melalui asuransi, masyarakat dapat membangun ketangguhan yang lebih kuat. Dukungan solidaritas komunitas melengkapi upaya tersebut, sehingga warga mampu menghadapi puncak musim hujan dan bencana hidrometeorologi akhir tahun dengan lebih siap, terkoordinasi, dan berkelanjutan. Dapatkan informasi terbaru mengenai teknologi, isu lingkungan terkini, dan perkembangan Internet of ThingsĀ (IoT) dengan mengikuti aktivitas kami di:


Website:Ā mertani.co.idĀ 

Linkedin :Ā PT Mertani


Sumber:

Komentar


WhatsApp

Hubungi Kami

Dapatkan Penawaran Spesial Sesuai Kebutuhanmu!
  • YouTube
  • LinkedIn
  • Instagram
  • White Facebook Icon

Sleman, Yogyakarta 55286​

(0274) 2888 087

contact@mertani.co.id

+62 851-7337-3817 (Mugiyati)

© 2018 by PT Merapi Tani Instrumen

Thanks for submitting!

bottom of page